Friday, August 24, 2012

Arsitektur Tradisional Bali



ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Arsitektur Tradisional Bali (ATB) merupakan perwujudan dari usaha untuk menciptakan ruang untuk pelaksanaan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi, baik dari materi maupun spiritual. Dengan demikian, ATB tidak hanya meliputi aspek fisik tetapi juga non-fisik; tidak saja berdasarkan pertimbangan yang pasti dan rasional, tetapi juga berdasarkan perasaan, estetis, dan bahkan berdasarkan pada pertimbangan spiritual, sesuai dengan nilai, norma, kepercayaan, adat istiadat dan agama Hindu di Bali (Rumusan Arsitektur Bali, 1984:p.1).
Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali, dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian  oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud (Wikipedia, htpp://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur Bali, 2009).
NORMA DALAM ATB 
Norma adalah aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya biasanya amat terinci, jelas, tegas, dan tidak meragukan (Koentjaraningrat, 1986:195). Jika dikaitkan dengan Asta Kosali (lontar mengenai bangunan), maka pengertian norma berarti konsep yang menata tindakan manusia dalam membangun perumahan dan permukiman yang bersumber dari lontar Asta Kosali, atau pedoman dasar dalam merancang rumah tradisional Bali. Norma Asta Kosali banyak bersumber dari ajaran agama Hindu, sehingga memiliki pengaruh yang kuat di lingkungan masyarakat Bali. Pelanggaran norma yang tertuang dalam Asta Kosali juga berarti pelanggaran terhadap norma agama Hindu (Sulistyawati, 2007:2).
Bentuk-bentuk norma tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
 (a). Norma pertama, dalam membangun perumahan, pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah pemilihan hari baik (dewasa ayu) untuk memulai tahapan-tahapan pekerjaan. Pemilihan hari baik berarti memaksimalkan pengaruh baik dari hari bersangkutan (pengaruh kosmos) pada bangunan(Sulistyawati, 2007:3). 
(b). Norma kedua, berkaitan dengan jenis-jenis ukuran untuk keseluruhan bagian-bagian bangunan dan jenis-jenis ukuran untuk keseluruhan bagian-bagian tertentu. Setiap ukuran ATB selalu mengambil skala orang (manusia) yang akan menghuni bangunan tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi hubungan yang harmonis antara pemilik dengan bangunan yang dihuni. Keharmonisan yang dimaksud bukan saja bersifat fisik (sekala) tetapi juga diwujudkan dalam bentuk hubungan non-fisik (niskala), melalui upacara-upacara tertentu. Upacara yang terpenting diantaranya adalah ngaug sunduk dan pamelaspas (Sulistyawati, 2007:3).
 (c). Norma ketiga, berkaitan dengan jenis upacara dan mantra yang berkaitan dengan seluruh tahapan pekerjaan, disertai sanksi-sanksi yang ditujukan kepada undagi dan sangging, sebagai wujud penyatuan kekuatan supranatural dengan fisik bangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan suatu bangunan yang utuh jiwa dan raga seperti manusia (Sulistyawati, 2007:3).
 PRINSIP-PRINSIP DALAM ATB
Prinsip-prinsip ATB dikelompokkan menjadi tiga yaitu : prinsip filosofis yang terdiri dari atas sembilan hal, prinsip praktis yang terdiri atas 15 hal, dan prinsip manfaat yang terdiri atas enam hal (Sulistyawati, 1995:100). Berikut adalah prinsip-prinsip dalam ATB tersebut:
Tabel 2.2 Prinsip-Prinsip dalam ATB
PRINSIP DALAM ATB
Prinsip Filosofis
Prinsip Praktis
Prinsip Manfaat
Trihita Karana
Buwana agung–buwana alit
Manik ring cecupu
Catur purusa artha
Tat twam asi
Tri loka
Desa kala patra
Dewata nawa sanga
Rwa bhineda

Hulu teben
Tri mandala
Sanga mandala
Swastikasana
Tri angga
Natah
Ornamen dan dekorasi
Warna alami lokal
Fungsi
Bahan alami lokal
Kejelasan struktur
Sikut (ukuran)
Ukuran bangunan
Ketinggian
Urutan membangun
Upakara
Astawara
Undagi
Pengurip
Tri pramana
Wewaran (padewasaan)
Sumber : Dirangkum dari Sulistyawati, 2007.
Semua prinsip praktis merupakan realisasi dan pencerminan dari prinsip filosofis dan prinsip manfaat. Jadi, wujud bangunan dan pola penataan ruang dalam perumahan pada permukiman tradisional Bali sudah merupakan prinsip filosofis dan prinsip manfaat serta prinsip praktis itu sendiri (Sulistyawati, 2007:6).

 REFERENSI:
 Rumusan Arsitektur Bali. 1984
Sulistyawati Made. 2007. Konsep dan Prinsip Arsitektur Tradisional Bali serta Nilai Budayanya. Buku Ajar Program SIT Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Belum dipublikasikan

_______________________. 1995. Balinese Traditional Architectural Principles in Hotel Building (disertasi). Oxford : School of Architecture, Faculty of Environment, Oxford Brookes University


1 comment:

  1. The most enduring symbol of the Norse - titanium arts
    › tj-metal-arts › tj-metal-arts gri-go.com The casino-roll.com most enduring symbol of the dental implants Norse - titanium arts · The most enduring symbol of the Norse - titanium arts · The most enduring symbol of the Norse herzamanindir.com/ - https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ titanium arts.

    ReplyDelete